Welcome My Site
Login form
Main » 2009 » January » 24 » Misteri Satria langlang Jagad [ Dharmaning Kasatria Memuntut Turunnya Wahyu Tanah Jawa 4 ]
8:25 AM
Misteri Satria langlang Jagad [ Dharmaning Kasatria Memuntut Turunnya Wahyu Tanah Jawa 4 ]

Terangnya suasana menambah ketenangan bathin menyatu pada Illahi. Perintah Eyang Bung Petung saat melaksanakan untuk mensucikan satria penerima Aji Narantaka, dan Eyang Aji Jangka Jayabaya sendiri yang mensucikan malam itu, wedaran Eyang Aji Jangka Jayabaya pada satria sangat menyentuh perasaan bahkan sampai menggugah semangat yang mungkin  tidak akan pernah padam.

Detik, waktu dan saatpun berlalu, datanglah Syang Hyang Batara Surya menegaskan perintahnya untuk tetap taat menanti penggodogan alam di Kawah Candradimuka Bengawan Bagowonto. Saat suasana dikeheningan waktu Rama Sunan Kalijaga memberikan ajaran jurus-jurus kanoragan dari Aji Narantaka, sungguh hebatnya jurus-jurus tersebut sehingga terlupakan waktu dan terdengarlah kokok ayam pertanda hari mulai pagi, segeralah satria beserta penderek bergegas menuju kasatrian Garuda Cakra di Lereng Menoreh.

Mendung bergelayut teriring gemericik arus Bengawan Bogowonto mengalir dengan derasnya, tatkala satria sampaikan mantera penghantar doa, meluap air Bengawan Bogowonto dan munculah seekor Naga hijau temyata Eyang Naga Raja menghadap satria dan bersabda "Angger jeneng sira sumadiya den sucek-na dening Kyai Badranaya supaya sampura”. (nak kamu bersedialah untuk disucikan oleh Kyai Badranaya supaya sempurna). Dengan wedaran Kyai Badranaya "Angger satria jeneng sira kang mengku lakon kudu suci ing lahir lan bathinmu, mula jeneng Badranaya bakal nyuceni lan mbuang sengkala marang jeneng sira" (Nak satria kamu yang mendapatkan tugas suci di dalam lahir dan bathinmu, maka Badranaya bakal mensucikan dan membuang sialmu). Terpaan angin bersama badai dan disertai hujan rintik makin deras menyambut pensucian satria disaksikan Syang Hyang Batara Indra turun dan bersabda "Angger satria jeneng sira kang bakal mengku Wahyu Cakraningkrat kang wektu titi wanci iki dumunung jroning klapa gading Soka purug-ira, ing dina Sukra Kasih sak mengko bakal tumiba mula den wening marang semadi-ira" (Nak satria kamu yang bakal mendapatkan Wahyu Cakraningrat yang saat sekarang ini bersemayam didalam sebuah kelapa gading di daerah Soka keberadaannya, di hari Selasa Kliwon nanti bakal turun maka supaya tenang dalam semadimu), dari pernyataan tersebut satria mohon pada ketegasan alam "Dhuh Gusti menawi Wahyu Cakraningkrat bakal satria tampi ing ari Sukra Kasih, satria nyuwun panegas kanti pertanda jawah saya banter lan deres" (Dhuh Allah kalau Wahyu Cakraningrat bakal satria terima di hari Selasa Kliwon, satria minta penegas hujan semakin cepat dan deras). Dan ternyata benar hujan tiada dapat dibendung yang disertai kilatan cahaya halilintar yang menerjang pertapan, Ya Allah matur nuwun (Ya Allah terima kasih) kata satria. Dari lamunan satria tentang  Wahyu Cakraningkrat itu seperti apa, tergugahlah oleh Syang Hyang Ontaboga "Angger wis enggal kondur marang padepokan-ira”. (Nak sudahlah segera pulang ke padepokanmu)

Dentuman hujan mengguyur lacak jalan tengah malam disertai badai halilintar menerjang kegelapan malam. Tatkala satria persembahkan pada Dewata terdengarlah debur ombak Bengawan Bogowonto dan hujanpun semakin derasnya, dari kejauhan berkelebat bayangan hitam berkilat-kilat hadirlah Syang Hyang Ontaboga dan bersabda "Angger satria tatagna niat lan kekarepan jeneng sira laku suci ngemban dawuhing Gusti". (Nak satria tabahkanlah niat dan keinginanmu, bahwa kamu mendapatkan tugas suci menjalankan perinatah-NYA Allah).  Tak lama Eyang Ismaya beserta Rama Sunan Kalijaga datang dan nampaklah sepercik sinar kuning terpantul dari selatan temyata Ibu Ratu Mas Segara Kidul, sesaat Kyai Badranaya perintah pada satria "Angger satria suwunen pusaka tanah jawa kang durung tumiba". (Nak satria mintalah pusaka tanah jawa yang belum turun). Dengan segera satria sampaikan pesan Kyai Badranaya kepada Ibu Ratu Mas Segara Kidul dan Ibu menjawab " Angger kabeh iku kudu nunggu wektu aja jeneng sira nggege mangsa, sabar angger" Nak semua itu harus menunggu saat jangan kamu memaksa, sabar ya nak). Kyai Badranaya mendengar ucapan Ibu Ratu Mas Segara Kidul tidak tahan segeralah beliau menghadap Syang Hyang Wenang yang disertai satria. Dan sampilah pada alam Kadewatan, Kyai Badranaya segera matur "Dhuh  pikulun Hyang Maha Wenang paring tadhah cadong deduka kula suwun wahyu tanah jawa enggal tumiba, paringana welas dateng kawula sami cintraka". (Dhuh Allah berilah maaf atas kesalahanku aku mohon wahyu tanah jawa segera turun, berilah kasih sayang pada rakyat yang bersedih). Syang Hyang Wenang bersabda "Kyai Badranaya uga Syang Hyang Ismaya wahyu tanah jawa isih ana 3 kang durung tumiba, mula jeneng sira angger satria tungkanen lan tunggunen". (Kyai Badranaya juga Syang Hyang Ismaya wahyu tanah jawa masih ada 3 yang belum turun, maka kamu satria songsong dan tunggulah). Segeralah Kyai Badranaya dan satria pamit turun ke Marcapoda (bumi). Sampai di alam kamanungsan disambut Rama Sunan Kalijaga yang segera menyuruh satria untuk pulang ke Padepokan karena hari telah berlalu hampir pagi.

Terangnya suasana malam yang mencekam terdengarlah desah angin sepoi menghantar kepergian satria menghadang malam. Tatkala satria persembahkan doa pada Gusti kang Murbeng Dumadi, (Tuhan Yang Maha Esa) datanglah Kyai Badranaya, Rama Sunan Kalijaga menyambut satria yang kemudian disusul oleh Eyang Aji Jangka Jayabaya, Eyang Naga Raja beliau bersamaan berucap "berhati-hatilah satria". Derap deru ombak Bengawan Bogowonto dan berkelebatlah sesosok bayangan hitam berkilat-kilat, ternyata raksasa hitam dan seorang putri bertaring warna serba putih terurai rambutnya, dia memperkenalkan diri namanya Gandarwa putra dan Wewe Putih dari gunung Petarangan berkehendak ingin berupaya mendapatkan Wahyu Cakraningkrat dengan cara paksa mengusir satria dari pertapan dan terjadilah adu mulut yang akhirnya perkelahian tak dapat dihindarkan, hanya dengan sabetan Aji Garuda Cakra maka Gandarwa putra hancur musnah entah kemana, sedangkan Wewe Putih dari Gunung Srandil berkeinginan berdampingan dan ingin selalu dekat dengan satria, maka terjadilah perdebatan serta tolakan secara halus dari satria namun Wewe Putih tidak terima murkalah dia dan rasa tak sabar satria dengan sabetan Aji Garuda Cakra lenyaplah mereka. Lenggangnya malam terdengar bisik Sangyang Ontoboga "Satria jeneng sira bakal dicoba dening Betari Indra Ayu Sekar Wangi kang bakal mancalo awujud ratu indah sulistya ing warni aran Dyah Ayu Endang Ratnaningsih saka Gua Kiskenda”. (Nak kamu bakal dicoba oleh Bethari Indra Ayu Sekar Wangi yang bakal menyamar berwujud Ratu yang indah rupanya bernama Dyah Ayu Endang Ratnaningsih dari Gua Kiskenda). Putri tersebut merayu merengek dan terkadang dengan tangis memelas ingin berupaya selalu bersanding dan ingin dipersunting satria. Karena satria telah tahu sebelumnya bahwa putri tersebut hanyalah godaan, maka dengan pusaka cundrik pleret emas yaitu Kyai Jalak Sangu Tumpeng Cunduk Kembang Melati Sari Sumping Senjata Cakra di hadapkan pada Dyah Ayu Endang Ratnaningsih seketika itu lenyap dan berganti wujud yang sesungguhnya yaitu seorang bidadari bernama Betari Indra Ayu Sekar Wangi putri dari Syang Hyang Batara Indra yang kelak akan mendampingi dan selalu ada dan menyatu dengan satria, sukma sejati inilah yang kelak bakal manunggal dengan calon istri setia pendamping satria untuk selama-lamanya. Hinggaplah hari menjelang pagi satria bersama penderek segera pulang ke padepokan.

 Terangnya suasana malam ini tatkala kulangkahkan kaki ke alam pertapan pinggir kali, terdengarlah debur ombak Bengawan Bogowonto dan datanglah Syang Hyang Ontoboga menyambut satria, tak lama Kyai Badranaya beserta Rama Sunan Kalijaga. Lenggangnya suasana Kyai badranaya mendekat dan mendekap satria sambil menanti waktu, malam ini diisi wejangan oleh Rama Sunan Kalijaga tentang keimanan dan olah rasa. Pada saat tiba pukul dua, angin semarak datang berayun disertai kilatan cahaya kecil ternyata hadirlah Syang Hyang Batara Narada dan bersabdalah "Angger jeneng sira diutus sowan marang Syang Hyang Wenang kekanten pikulun ayo enggal budal” (Nak kamu disuruh menghadap pada Syang Hyang Wenang bersama dengan AKU ayo segera berangkat), dengan aji kasampurnan tingkat tiga satria menuju ke alam kedewaan. Dihadapan Syang Hyang Wenang satria bersujud dan beliau bersabda "Angger satria ngadepi ing dina Selasa Wage jeneng sira bakal sun arsa ngagem busana jawa Metaraman” (nak satria menghadapi di hari Selasa Wage kamu bakal KU suruh memakai pakaian jawa adat Mataraman). Dalam kesempatan itu satria menegaskan kembali tentang gugatan yang telah diperjuangkan dan akhirnya diterima dengan disaksikan dua gebyaran kilat cahaya, terlenalah satria dan segera disuruh pulang ke marcapada (dunia), di alam pepadang satria disambut Syang Hyang Ontoboga sambil melilit tubuh satria dan berucap "slamet ngger enggal kondur marang kasatrian” (selamat nak segera pulang ke kasatrian).

Badai berarak begitu hebatnya menghantarkan iringan halilintar diawal petang menyambut Wahyu Cakraningrat turun dari Khayangan. Tatkala kulangkahkan kaki bersama sembilan pendamping lakon mengiringi langkah satria menuju tepi Bengawan Bogowonto. Dengan bendera merah putih beserta perlengkapan lainnya, satria haturkan sembah pada Dewata Agung dengan kepul damar yang terus menerus berkepul tiada hentinya menandai panyuwunan pada Tuhan Yang Maha Esa. Dan akhirnya Kyai badranaya, Syang Hyang Ontoboga, Rama Sunan Kalijaga, Eyang Aji Jangka Jayabaya, Eyang Mayangkara, Eyang Naga Raja dan penguasa tanah perdikan Loano yaitu Ki Buyut Singgelo dan disertai iringan kereta kencana beserta pasukan Ibu Ratu Mas Segara Kidul, beliau datang menyaksikan satria menerima anugerah dari Allah Yang Maha Agung. Dengan pertanda suara "gledhugh” bumi bergoncang tiga kali disertai semburan sinar memancar, Syang Hyang Wenang turun ke bumi menghaturkan Wahyu Cakraningrat pada satria dengan perintah berdiri dengan dikalungkannya ronce kembang melati getar tubuh satria dan seketika kepala rasanya mau pecah. Upacara selesai tepat pada jam satu kemudian Syang Hyang wenang segera perintah pada Panji Sekar Kusuma pendamping lakon satria untuk membagikan sembilan kembang kanthil kepada para darah barata. Seketika Kyai Badranaya menadahkan kedua tangannya untuk menyimpan wahyu yang telah diterima satria. Selesai pembagian segeralah satria mengajak para pendamping lakon untuk pulang menuju Padepokan Agung Garuda Cakra.

Gerimis menitik derap hawa dingin mengalun disertai angin mengusik ketenangan dalam kegelapan. Tatkala satria langkahkan kaki menuju pertapan pinggiran kali, sambutan Rama Sunan Kalijaga disertai Kyai badranaya yang tak lama disusul oleh Eyang Naga Raja, Eyang Mayangkara berucap selamat tak lama gerombolan barisan dari utara dan selatan saling bentrokan riuh gemuruh ramai sekali memancing amarah satria. Syang Hyang Ontoboga bersabda "Angger satria jeneng sira enggal sowan marang Syang Hyang Giri Nata sakperlu nyuwun priksa lan tanda dene Wahyu Cakraningrat wis bener-bener jeneng sira tampa lan Selasa Wage syarat apa kang perlu kanggo ubarampe anyengkuyung ing sakmangke  (Nak satria kamu segera datang pada Syang Hyang Giri Nata guna keperluan minta penjelasan dan tanda keagungan bahwa Wahyu Cakraningrat sudah benar-benar kamu terima dan hari Selasa Wage syarat apa yang mesti dipersiapkan untuk kelengkapan). Dengan berbekal pamit pada Kayai Badranaya, Rama Sunan Kalijaga dan Syang Hyang Ontoboga satria mencapai kasampurnan tingkat tiga menuju alam kadewatan dan bertemulah dengan Syang Hyang Giri Nata disertai Syang Hyang Batara Narada disertai Bethari Indra Ayu Sekar Wangi yang selalu dikawal oleh Batara Indra. Sabda Syang Hyang Giri Nata "Angger satria Wahyu Cakraningrat wus sira tampa ing dina Selasa Wage purwa kawitan tanah jawa rengka kanti prahara bajur bakal tumata, iku Bethari Indra Ayu Sekar Wangi minangka pendamping-ira” (Nak satria Wahyu Cakraningrat  sudah kamu terima pada hari Selasa Wage sebagai permulaan tanag jawa pecah dengan berbagai bencana kemudian bakal tertata, itu Bethari Indra Ayu Sekar Wangi sebagai pendampingmu). "Matur sembah nuwun Syang Hyang Giri Nata satria nyuwun pertanada alam menawi paduka atur ingkang saktuhu leres” (Terimakasih Syang Hyang Giri Nata satria mohon pertanda alam kalau paduka berkata benar). Dengan seketika rembulan kalangan dilingkari bulatan pelangi, semakin lama semakin jelas dan akhirnya bersinar terang. Terlenalah para pengawal satria akan keanehan yang baru saja terjadi itu yang akhirnya di sapa oleh Rama Sunan Kalijaga "Angger wayah putuku kabeh enggal jeneng sira pada kondur marang padepokan-ira” (Anak cucuku semua segeralah kamu pulang menuju padepokanmu).

Saat kulangkahkan kaki menuju pertapan begitu terangnya suasana namun jalan becek penuh lelumpuran. Dengan berbagai perlengkapan untuk "Upacara Wiwitan”, tumpeng megana (Marga ana), tebu ireng, bendera merah putih dan janur kuning, satria berpakaian kejawen lengkap adat Mataraman. Tatkala kupersembahkan upacara doa dan mantera-mantera untuk memboyong Wahyu Cakraningkrat dan memboyong Bethari Indra Ayu Sekar Wangi serta wisuda gelar "Wahyu Manunggal”. Datanglah rintik hujan tipis disertai semilirnya angin yang tak diduga sebelumnya, itulah pertanda bahwa Syang Hyang Batara Indra disertai Syang Hyang Bayu Jagad hadir menghantar putrinya yaitu Bethari Indra Ayu Sekar Wangi untuk mendampingi satria. Untuk sementara karena satria belum ada pendamping yang berwujud fisik manusia yang cocok, maka terpaksalah Bethari Indra Ayu Sekar Wangi masuk bersemayam di dalam Pusaka Kyai Jalak Sangu Tumpeng Cunduk Kembang Melati sari Sumping Senjata Cakra, satria berucap "Dhuh Bethari Indra Ayu Sekar Wangi satria namung lare redi ingkang kirang tata trapsila ing suba sita, sumangga menawi punika kersa jawata jeng andika namung nderek minangka jatukromo, kersa ing sakmangke manunggal marang satunggaling pawestri ingkang lembah ing manah, tuhu bekti laki lan ingkang dados pilihan satria” (Dhuh Bethari Indra Ayu Sekar Wangi satria hanya anak dari gunung yang kurang sopan didalam pergaulan, terserah kalau hal ini kehendak Allah hanya aku menurut sebagai jodohnya, kelak supaya bersatu pada seorang wanita yang lemah lembut dan baik hati, setia pada suami dan yang menjadi pilihan satria). Tidak lama datanglah Syang Hyang Wenang berdiri diatas kibaran bendera merah putih dan bersabdalah "Angger satria jeneng sira enggal sumadia bakal kawisuda minangka satria pangembaning "wahyu Manunggal” semana uga Wahyu Cakraningrat boyongen bebarengan pangiring-ira yaiku Bethari Indra Ayu Sekar Wangi kang bakal ngembani laku-ira” (Nak satria kamu segera bersedialah bakal diwisuda sebagai satria pemangku "Wahyu Manunggal” demikian juga Wahyu Cakraningkrat boyonglah bersama pendampingmu yaitu Bethari Indra Ayu Sekar Wangi yang bakal mendampingi tugasmu). Kyai Badranayapu sudah siap dengan wadahnya untuk menyimpan dan memepersatukan semua wahyu tanah jawa yang telah kembali pada asalnya. Seketika hujan semakin deras disertai sambaran kilat diatas kepala satria, hanya dengan permohonan bila kejadian yang baru saja terjadi ini benar adanya dan merupakan kehendak Allah dan bakal terjadi (Allahualam) satria hanya memohon pertanda "hentikan hujan ini”. Dan benar-benar hujan terhenti dengan seketika, segera satria perintahkan pada para penderek untuk makan tumpengan. Untuk tanda kemenangan satria tanam pohon kenanga jawa sebagai purwa kawitan ambabar bumi tanah jawa. Selangkah tangan menengadah terlenalah bahwa hari semakin pagi satria segera pulang mmenuju Padepokan Agung Garuda Cakra di Lereng Menoreh.

Kulamunkan angan di malam yang pekat menghantar gerimis terasa dingin mencekam, datanglah Sabda Palon dan Nayagenggong di Padepokan Agung Garuda Cakra beliau bersabda "Angger satria ing wengi iki kang prayitna lan ngati-ati bakal ana bebaya, Dadung Awuk saka Gunung Slamet bakal ngrebut Wahyu Cakraningkrat, mula gawanen sapu regel kanggo sirnaning bebaya” (Nak satria dimalam hari ini yang waspada dan berhati-hati akan ada bahaya, Dadung Awuk bakal merebut Wahyu Cakraningkrat, maka bawalah  sapu lidi untuk melenyapkan bbahaya). Kulangkahkan kaki menuju pertapan Bengawan Bogowonto, ternyata suasana lain dari biasanya dan terasa sangat angker serta menakutkan sekali. Rama Sunan Kalijaga menyambut bersama Kyai Badranaya dan Syang Hyang Ontobaga bersabda "Angger awas kang waspada Bajul Putih bakal tumeka         (Nak awas yang waspada dan berhati-hatilah Bajul Putih bakal datang), ternyata benar berarak pasukan Bajul Putih menyergap satria. Tanpa pikit panjang dan rasa ampun sedikitpun satria patahkan dengan kekuatan Aji Garuda Cakra yang disatukan dengan sapu regel / lidi / senjata sewu, seluruh pasukan bubar pasar berantakan lari tunggang langgang tanpa arah. Dan berkelebatlah bayangan serba hitam disela gerumbulan semak liar, mereka menentang dan ingin merebut Wahyu Cakraningrat dari tangan satria namun dengan Aji Garuda Cakralah semuanya dapat teratasi. Kyai Badranaya segera menyuruh agar satria segera pulang menuju padepokan.

Suram-suram suasana malam disertai kepulan kabut asap yang begitu dingin mencekam, datanglah segerombolan Raja-Raja Jin Syaetan Periperayangan disertai pantulan sinar kuning keemasan tidak lain kereta kencana Ibu Ratu Mas Segara Kidul. Beliau menghadap satria dan bersabda "Angger satria ibu marak bakal nyuwu-ke pangapura marang para raja Jin Syaetan Periperayangan kalawan Gandarwa kang wus pada manungkul, kanti iku kabeh bakal pada nyengkuyung lan ngayom marang jeneng sira ing sakmengkomatur nuwun nuwun ibu.  (Nak satria ibu datang bakal memintakan maaf pada raja jin syaetan periperayangan dan Gandarwa yang sudah menyerah, dengan itu semua bakal mendukung dan mohon perlindungan pada kamu kelak), terima kasih ibu. Gemlegar alam merestui dan menyaksikan semua pernyataan makluk-NYA sebagai pertanda lakon "SINGGASANA TAHTA WAHYUNING TANAH JAWA” telah tersimak oleh alam dan Kadewatan sebagai kendalinya. Disinilah Satria menanggung beban berat untuk menyatukan tanah jawa (maksudnya Nusantara) menjadi negara yang "Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Titi Tentrem Tur Raharja, Adil makmur Hambek Paramarta” kanti sesandi "Hamemayu Hayuning Bawana” Insaallah semoga Tuhan merestui segala upaya demi bangsa dan negara.

 

 

 

T A M M A T

Views: 7093 | Added by: satriaputih212 | Rating: 2.0/8
Total comments: 3
3 anggit dwi atmaja  
0
TERIMA KASIH MAS SATRIA PUTIH. AKU BERSYUKUR TELAH MENDAPATKAN WAHYU CAKRA NINGRAT YANG KE 4 TEPATNYA PADA TANGGAL 4 JULI 2007.

2 hito.terapi@gmail.com  
0
hahahahaha,,,, koya ada ada aja to lur,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,?

1 wongalit  
0
wedal menika sampun surya kaping 6 oktober 2011 kados pundi babaring carios salajengipun den. kok taksih dereng kauningan jumedulipun Ratu adil. menapa enggih mila panjenengan saestu.

Name *:
Email *:
Code *:
Calendar
«  January 2009  »
SuMoTuWeThFrSa
    123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
Entries archive
Site friends
  • Create a free website
  • Online Desktop
  • Free Online Games
  • Video Tutorials
  • All HTML Tags
  • Browser Kits
  • Statistics

    Total online: 1
    Guests: 1
    Users: 0