Welcome My Site
Login form
Main » 2009 » January » 24 » Misteri Satria langlang Jagad [ Dharmaning Kasatria Memuntut Turunnya Wahyu Tanah Jawa 3 ]
8:17 AM
Misteri Satria langlang Jagad [ Dharmaning Kasatria Memuntut Turunnya Wahyu Tanah Jawa 3 ]

Usai penyerahan suasana begitu lenggang dan bangganya pengasuh satria terutama Ki Badranaya. Ibu Ratu Mas Segara Kidul mohon diri sambil memeluk dan mencium Satria dan berunjar "Wis angger ibu kondur, kang prayitna lang ngati-ati" (Sudahlah nak ibu pulang, waspada dan hati-hati). Wujud yang diserahkan pada satria berupa benda berbentuk bola sepak berpijar putih kebiru-biruan yang selanjutnya di simpan oleh Ki Semar Badranaya. Suasana semenjak perjanjian dihaturkan sangat riuh samping kiri, kanan, depan dan belakang temyata penghuni daerah pertapan Satria menyaksikan upacara tersebut. Tak lama berkelebatlah Eyang Buyut Singgelo sang panguasa perdikan Loano berkata ''Angger dak puji dharmamu marang tanah jawa, jeneng sira Satria utama minangka kanggo tuladha. terusna lakumu" (Nak kupuja dharmamu pada tanah jawa, kamu satria utama bisa sebagai contoh suri tauladan, teruskan tugasmu), sambil menyalami, Eyang Buyut Singgelo terus berlalu meninggalkan satria, demikian pula Rama Sunan Kalijaga, Ki Badranaya dan Syang Hyang Ontaboga memuji dengan pelukan yang amat eratnya atas keberanian satria, dan beliau berucap        "Angger wis enggal kondur kahanan gawat" (Nak sudahlah segera pulang keadaan gawat). Satria-pun langkahkan kaki di malam gelap ini dengan sepercik penerang hati tanda kebahagiaan, kelak penerang jagad raya akan berada di bumi tanah jawa. Dan hinggaplah satria di Padepokan Agung Garuda Cakra.

Malam merangkak dengan tajam mendung-pun bergayut dingin mencekam perasaan tatkala gelombang Bengawan Bogowonto terusik oleh segerombolan  pasukan Padepokan Gunung Sumbing lari ke selatan dan singgah didepan pertapaan satria sambil memperlihatkan keberingasan mereka menatap dan berkelebat, Rama Sunan Kalijaga berucap "Angger satria kuwi senopati saka Padepokan Gunung Sumbmg aran Setopati arep sowan Ibu Ratu Mas Segara Kidul" (Nak satria itu senopati dari Padepokan Gunung Sumbing namanya Setopati mau menghadap Ibu ratu Mas Segara Kidul). Saat suasana lenggang disela deburan ombak memecah kesunyian. terdengar sayup suara "gedhugan"  tanah tiga kali pada pingiran kali. muncullah sekelebat sinar putih kebiru-biruan memancar didepan satria "Dhuh Eyang Sri Aji Jongko Jayabaya sungkem satria wonten ing handap paduka" (Dhuh Eyang Sri Aji Jangka Jayabaya sembah satria dihadapan paduka) beliau menjawab "' Angger satria dak puji bakti lan laku tindakmu merpegi wahyuning Gusti, jeneng sira bakal sinembah para kawula .... Natanagara, muli jeneng sira ingsun sabda olah praja lan sinau tata nagara" (Nak satria kupuja bakti dan tugasmu menyongsong wahyu-NYA Allah, kamu bakal disembah para rakyat …. Natanagara, segeralah kamu belajar ketataprajaan dan ilmu tata negara) . Tak ketinggalan Sabda Palon Nayagenggong berbisik dan tertawa meledek. suasana gebyar berkilat-kilat disertai datangnya debur ombak dari arah timur munculah Eyang Naga Raja disertai Eyang Mayangkara yang berwujud se-ekor kera putih mendekati satria diantara Eyang Aji Jongko Jayabaya. Mereka memuji satria atas keberanianya menentang maut menghadapi murkanya penderek Ibu Ratu Mas Segara Kidul, ternyata tak mengapa, kekuatan apakah yang Satria punya ?. Eyang Mayangkara berkata  "Angger satria. cahya panca warna kang andunung jroning kalbu-ira iku minangka titising dewa, Wisnu Murti aran-ira. mula jeneng Mayangkara kalawan Naga Raja kang kapercaya nggladi jeneng sira, angger satria bakal den paringi gegaman-ira kang kuasa aran "Aji Narantaka” ing dina kang prayoga” (Nak satria cahaya lima warna yang berada di hatimu itu sebagai pertanda bahwa kamu titisan Dewa, ya Wisnu Murti namanya maka Mayangkara bersama Naga Raja yang dipercaya melatih kamu, nak satria bakal diberi senjata yang ampuh "Aji Narantaka” dihari yang tepat). Dengan lembut dan rasa kasih sayangnya Eyang Aji Jangka Jayabaya, Eyang Mayangkara dan Eyang Naga Raja memeluk satria dan berkelebat bersamaan dengan kilatan cahaya memantui ke arah timur, cepat tanggapnya suasana Ki Badranaya dan Syang Hyang Ontabaga perintah pada satria  "Angger wus enggal kondur pamit marang Rama-ira lan madepok marang papan-ira" (Nak sudahlah segera pulang pamit pada bapakmu dan menuju tempat tinggalmu).

Barisan di malam yang pekat ini berkelebatlah wanita-wanita cantik ketawa riuh cekikikan, sementara di sebelah kiri satria berada kerumunan berjubel-jubel makluk-makluk aneh memandang dengan kagumnya pada satria. Deburan ombak datangnya Syang Hyang Ontoboga menyambut Satria "Angger jeneng sira aja jirih ing panggoda lan panca baya, tunggon-ana pertapan iki 40 dina lawase, wahyu bakal Tumiba" (Nak kamu jangan berkecil hati akan godaan dan bahaya, tunggulah pertapaanmu 40 hari lamanya, wahyu bakal turun). Berkelebat dari arah barat Ki Buyut Singgela mendekat menemani satria beliaulah sesepuh tempat Padepokan Garuda Cakra berada, di tempat penggodagan ini satria mendapatkan gemblengan ilmu-ihnu kanuragan jaya kasantikan dan ilmu sejati sampurnaning urip dari para sesepuh golongan putih yang diutus Dewata. Ki Badranaya dan Rama Sunan Kalijaga terpana mendekati satria yang hari ini keadaan raganya terasa kepayahan menahan terpaan cuaca, dan beliau berucap "Angger satria titi wanci tumapak tiba enggal kondur marang Kasatrian-ira” (Nak satria saatnya sudah tiba segeralah pulang ke kasatrian).

Gelapnya malam tanpa rembulan mendungpun menyertai alunan derap gelombang Bengawan Bagawanto terasa air pasang semakin membesar, berkelebatlah segerombolan pasukan berkuda, sementara terangnya seonggok bayangan putih berkilat-kilat menyilaukan dan tercium bau busuk menyengat, ternyata buaya putih "Bajul Sengara Segara Kidul” menatap satria dengan tajamnya terus segera lari ketakutan dengan cipratan ombak Bengawan Bogowonto, tak lama Syang Hyang Ontaboga bersabda "Angger satria, Bajul Sengara sejatine diutus dening putra Ibu Ratu Mas Segara Kidul supaya neter andeleng kekuatan satria, ananging Bajul Sengara ora kewawa andeleng surya gebyaring satria, mula age-age sirna” (Nak satria, Bajul Sengara  sebenarnya disuruh oleh putra Ibu Ratu Mas segara Kidul untuk mencoba neter kekuatan satria, namun Bajul Sengara tidak kuasa melihat sinar kewibawaan satria, maka segera menghilang). Lengganya suasana berkelebatlah angin beserta hawa aneh yang menjadikan tenang segenap jiwa dan raga para pertapa, ternyata kilatan cahayapun datang menyusul ternyata Syang Hyang Wenang turun ke persada ini menghampiri satria dan bersabda "Angger Satria minangka pambuka anyambut tumuruning Wahyu Cakraningrat ing dina Sukra Kasih, jeneng sira paring tetenger gendera abang putih gedhang raja, gedhang emas, janur kuning, tebu ireng lan damar kang murub manther, wus enggal jugar kondur marang dunung-ira'' (Nak satria sebagai pembuka untuk menyambut turunnnya Wahyu Cakraningrat di hari Selasa Kliwon, kamu supaya beri pertanda bendera merah putih, pisang raja, pisang emas, janur kuning, tebu hitam (wulung) dan api yang selalu menyala, sudahlah segera pulang ke asalmu) perintah itu satria sambut  dengan "Sendika dawuh Hyang Wenang sabda paduka kula tampi" (Siap laksanakan tugas Hyang Wenang sabda-MU aku terima).

Pertapan Satria benar-benar wingit dan betapa angkernya kenyataan bahwa Jim Syaetan Periperayangan takut lari tunggang langgang takut tak dapat memasuki pertapaan karena tempat itulah diberi pagar gaib kekuatan luar biasa yaitu "Lingkaran Garuda Cakra” aji pamungkas kekuatan satria. Kepulan asap damar beserta percikan kilatan api mengawali permohonan pada Dewata Agung mohon agar Wahyu Cakraningkrat dapat segera turun dan dewata Agung memberi kekuatan lahir dan baithin pada satria beserta pendereknya Ki Badranaya, Syang Hyang Ontobaga dan Rama Sunan Kalijaga menyambut kedatangan satria, Syang Hyang Ontaboga bersabda "Angger Satria kang prayitna lan ngati-ati ing wengi iki, jeneng sira bakal diteter dening Dewata Agung membane Batara Surya kang awujud raseksa" (Nak satria waspadalah dan hati-hati malam ini kamu akan dicoba oleh Dewa penjelmaan Batara Surya yang berwujud raksasa).

Waktupun semakin menapak, malam semakin pekat, terpancarlah kilatan warna merah disertai mendung yang bergelayut, air Bengawan Bogowonto-pun begitu derasnya kilat semakin membesar dan pecahlah menjadi wujud raksasa merah bara dan berkata "Satria cepet minggat dak tugel gulumu dak juing-juing wandamu dak untal malang wujudmu" (Satria cepat pergi ku penggal lehermu dan kucabik-cabik badanmu dan ku makan melintang tubuhmu) begitu gertakan raksasa merah. Satria-pun tetap teguh menghadapi kenyataan yang begitu ganansnya dan berkata "Hai ... raseksa abang sapa sejatine jeneng sira, wani ganggu gawe marang dutaning Dewa" (Hai….raksasa merah siapa sebenarnya kamu, berani mengganggu pada dutanya Dewa). Raksasa menjawab "Aku aran Rambut Geni saka Kadipaten .Anggapati, karsaku enggal jeneng  sira sirna lan minggat-ta saka pertapan iki" (Aku nama Rambut Geni dari Kabupaten Anggapati, mauku kamu segera pergi dari pertapaan ini). Ucapan itu disambut Satria "Hai raseksa jeneng sira bisa anjugar-ke satria asal sira bisa anglangkahi bangke-ning satria" Hai raksasa kamu bisa menggagalkan satria dengan syarat kamu harus melangkahi mayat satria). Maka terjadilah perang tanding adu kesaktian, mereka sama hebatnya dan kekuatan masing-masing seimbang dan saling mematikan, mereka saling terlempar dan terkapar. Dari balik semak satria mendengar seruan dari Syang Hyang Ontaboga "Angger raseksa sirnak-na kanti aji Garuda Cakra'' (Nak raksasa lenyapkan dengan aji Garuda Cakra) seketika satria ingat dan manunggal-ing cipta angrasuk Aji Garuda Cakra ( menyatukan cipta rasa dan karsa menggunakan Aji Garuda Cakra) dan pukulanpun betapa dahsyatnya menghantam tubuh raksasa, seketika raksasa sirna dan berkelebatlah wujud seorang ksatria gagah perkasa berselempang putih serban putih hampir mirip wujud satria dan Syang Hyang Ontaboga berkata itulah Syang Hyang Batara Surya. Satria-pun bersujud "Dhuh Batara Surya paring tadah cadong deduka dumateng titah ingkang kirang trapsila punika" (Dhuh Batara Surya berilah ampunan pada hamba yang kurang sopan ini) Batara Surya menyahut "Angger... wus ora dadi apa jeneng iku satria kang angugemi dharma-ning satria, tanggap lan wani ngadepi giri goda lan panca baya, jeneng ulun kautus Syang Hyang Wenang supoyo neter prasetyamu marang tugas suci ngondurake wahyu tanah Jawa, wahyune Mataram kanggo angrantu tumuruning Wahyu Cakraningkrat, angger satria dak puji laku lan tindakmu ing sak mengko jenengsira Notonagara, mula kang adil lan wicaksana langgeng nata kawula” (Nak…sudahlah tak menjadi apa itu namanya satria disiplin melaksanakan tugas, tanggap dan berani menghadapi godaan dan bahaya, AKU disuruh Syang Hyang Wenang supaya mencoba kesetiaanmu pada tugas suci untuk mengembalikan wahyu tanah jawa, wahyunya Mataram untuk menyambut turunnya Wahyu Cakraningrat, nak satria kusanjung tugasmu kelak kamu Notonegara, maka yang adil dan bujaksanan mengatur rakyat). Dengan gebyar kilat petir pergilah Batara Surya menuju Khayangan Jongring Saloka, tak terasa dan suasana sepi malam ini satria merasa tersiksa betapa beratnya hidup ini, hanya sosok tubuh satria di hajar oleh bentangan alam dengan segenap isi dan keanehannya.  Dan tak terasa menangislah dengan tetes air mata yang semakin deras dan membasahi pipi ini, maka dari kejauhan diatas sana terdengar suara nyaring bunyi gamelan jawa mengiringi kepedihan satria dengan lagu-lagu pitutur luhur (petujunjuk suci). Inikah yang dikatakan ''Gamelan Lokananta" seperangkat Gamelan para Dewa ?  bisik satria dalam debur dan dengung tembang Dewa. Dan satriapun terlena dari suasana, Ki Badranaya atur pambagya wilujeng (mengucapkan selamat) atas ketabahan satria menghadapi maut menentang raksasa, begitu juga Rama Sunan Kalijaga medar sabda (kutbah) kepada para penderek satria, Rama Sunan Kalijaga sambil menghisap rokok kesukaannya bersabda "Para wayahku kabeh ... sira kabeh pada jembarna imanmu marang pangeran lan sira ojo katalompen dene omanmu ugo jeneng sira pikiren, jeneng ing kene antarane iman lan oman kudu setimbang yen mungguh jeneng sira kepingin selamet donya kalawan akherat uga jeneng sira demen laku tindak marang kautaman, kersa tetulung marang sakpada-pada tanpa pamrih lan sembah sujud marang awong tuwa-nira, kabeh iku kanggo kasampumaning urip” (Para cucuku semua… kamu semua tingkatkan imanmu pada Allah dan jangan kamu lupakan omanmu (pangan) harus kamu pikirkan, disini namanya iman dan oman (pangan) harus berimbang kalau kamu ingin selamat dunia dan akherat juga kamu harus suka bertindak di jalan yang utama, mau memberi pertolongan kepada siapa saja tanpa pamrih dan berbaktilah pada kedua orang tuamu, semua itu untuk kesempurnaan hidup). Dalam wedaran (kutbah) Rama Sunan Kalijaga begitu jelasnya menerangkan lakon satria menyelusuri Bengawan Bogowonto dan tentang wedaran (kutbah) Jagad gumelar manungsa dumadi / Sangkan Paraning Dumadi (asal mula kehidupan). Usai wedaran (kutbah) Rama Sunan Kalijaga mengutus para pertapa segera pulang manjing (masuk) kasatrian Garuda Cakra di Lereng Menoreh. Selangkah derapan angan menghantar kaki mengikuti gerak hati, malam yang begini dingin sekali disertai terpaan angin kencang beserta suara derasnya arus Bengawan Bogowonto, halilintarpun memecahkan suasana, kilat mengeliat menjulurkan lidah-lidah apinya teriringi topan datang ke dalam singgasana alam kehidupan.

Hari bergelayut diiringi rintik hujan yang menerpa persada ini, getar halilintarpun mendepak kesunyian. Datanglah gebyar pantulan sinar kuning yang memantui panjang disertai suara lonceng kereta kencana Ibu Ratu Mas Segara Kidul disertai segerombolan pengawal berkuda yang sangat beringas dan menakutkan, kini datanglah Ibu Ratu Mas Segara Kidul menghadap satria. Diantara percakapan satria dengan Ibu Ratu Mas Segara Kidul terasa debur ombak menggoncangkan pertapan dan terdengarlah Syang Hyang Ontoboga berkata "Angger Satria kang waspada lan ngati-ati, kae ono ing jero kereta Pangeran Rangga kang bakal nyidikara sira" Nak satria yang waspada dan hati-hati, itu ada di dalam kereta adalah Pangeran Rangga yang bakal menusuk dari belakangmu) dan berkelebatlah Syang Hyang Ontobaga sambil berjalan melingkari pertapan dengan kepala menganga berjilat-jilat lidahnya disertai ekor bermustika naga berjingkrak-jingkrak tanda ada bahaya. Ibu Ratu Mas Segara Kidul bersabda "Angger Satria oja kaget, ibu marak ona ing pangarsamu iku sakperlu ngiring lakune Pangeran Rangga kang bakal nyuwun baline wahyu tanah Jawa lan anjabut peranjanjen kang wus sira tampa, jeneng ibu wis kalah marang kodrat, ona ing kene ibu jejer wong tuwo ditangisi anak lan Rangga tansaya murka mula angger satria aja dadi gerah panggalihmu ya ... iku kabeh kamurkane Rangga. Mula Rangga dak iring marak lan nyuwun marang sira kang andarbeni hak”, (Nak satria jangan kaget ibu datang kehadapanmu dengan keperluan mengawal Pangeran Rangga yang bakal meminta kembali wahyu tanah jawa dan mencabut perjanjian yang sudah kamu terima, ibu sudah kalah dengan kodrat disini ibu sebagai orang tua yang ditangisi anak dan Rangga semakin murka, satria janganlah sakit hati ya itu semua kemurkaan Rangga. Maka Rangga kuahantar kehadapanmu yang mempunyai hak),   tanpa perasaan dan jawaban apapun dari bibir satria tiba-tiba debur ombak Bengawan Bagawanto disertai gemuruh bagai tanah longsor dan muncullah se-ekor ular hitam luar biasa besar dan ganasnya mematuk satria, namun entah kekuatan apa satria terlempar menghindar dengan sendirinya dan selamatlah dari mangsa ular hitam tersebut. Pertempuranpun terjadi dan sulit diikuti oleh mata betapa dahsyatnya pertarungan itu, jurus-jurus satria luar biasa betapa dahsyatnya pukulan tangan kosong  satria sehingga menggetarkan pertapan. Pertarungan begitu seimbang dan kadang-kadang saling terlena begitu kedahsyatan berlalu keduanya hanya saling menghindar dan terdengarlah satria bicara "Hai sawer ireng yen jeneng sira satria wicaksana salin .Mijud-ira kang sanyoto'' (Hai ular hitam kalau kamu bijaksana berubahlah wujud yang sebenarnya). Gleger goncangan bumi menyertai ekor dan kepala ular menyatu bergantilah wujud satria bagus berperawakan tinggi besar dengan selempang serba hitam dan berkata "Satria aku Pangeran Rangga putra Mataram, janji ibu bakal dak suwun sarto wahyu tanah Jawa kang wus sira tampa, yen sira kukuh bakal dak lebur den sirna jeneng sira". (Satria aku Pangeran Rangga putra Mataram, janji ibu bakal aku minta serta wahyu tanah jawa yang sudah kau terima, jika kamu nekad bakal kuhancurkan lalu kusirnakan kamu). Satria pangkas dengan ucapan lembut.  "Jejer putra Mataram yen pancen satria pilih tanding rebuten wahyu iki lan sirnak-na Satria Langlang Jagad putra Sunan Kalijaga" (Jika sosok putra Mataram kalau memang satria pilih tanding rebutlah wahyu ini dan lenyapkanlah Satria Langlang Jagad putra Sunan Kalijaga). Pertarungan tahap keduapun berlanjut dengan dahsyatnya kekuatan lebih hebat dari sebelumnya, kilatan bola api sebagai kekuatan Aji Segara Geni  milik Rangga begitu hebatnya sehingga memporakporandakan pertapan, namun kekuatan itu dapat terpatahkan dengan Aji Pamungkas Garuda Cakra dan apipun berubah jadi embun yang sangat dingin dan mencekam suasana, dan terdengarlah sabda Syang Hyang Ontoboga "Angger  satria, Rangga  den sirnak-na sarana pusaka-ira aran Kyai Jalak Sangu Tumpeng Cunduk Kembang Melati Sari Sumping Senjata Cakra tacepna ona-ing bumi pertapan-ira"  (Nak satria,  Rangga lenyapkan dengan pusakamu yang bernama Kyai Jalak Sangu Tumpeng Cunduk Kembang Melati Sari Sumping Senjata Cakra tancapkan di tanah pertapaanmu), ketika itu pusaka kucabut dari bingkai pusaka dan kutancapkan pada bumi, maka terjadilah kedahsyatan dan keanehan yang menakjubkan .... Sriiing .... Jeeep ....Dan herkelebatlah sepercik sinar kuning sak sada lanang (lidi tunggal) mementul melingkar ke arah selatan, itulah Rangga telah sirna dengan pusaka dari Pertapan Sapta Arga pemberian Eyang Ismaya, satria tanpa daya merangkak letih dan haus tiada kira sehingga meninggalkan palagan menuju pertapan disambut oleh Ki Badranaya. Rama Sunan Kalijaga dan Syang Hyang Ontaboga mereka mengucapkan selamat dan saling memeluk satria sambil mengelus-elus tubuh satria yang terluka seketika itu juga setelah Ibu Ratu Mas Segara Kidul memeluk dan mencium satria atas kemenangannya lalu berkelebatlah meninggalkan tempat untuk menyusul Pangeran Rangga. Langkah satria menuju padepokan begitu letihnya, namun membawa kebahagiaan yang luar biasa karena kemenangan yang telah teruji dapat menyingkirkan angkara murka.

Hari berganti hari langkahpun mengawali tugas suci yang semakin berat. Dengan mengepulnya asap damar disertai mantera-mantera panghantar permohonan pada Dewata terlintaslah  barisan mahkluk-mahkluk aneh menyambut Satria, Suropati memperkenalkan diri sebagai Senopati Gunung Sumbing. Sambutan Syang Hyang Ontoboga mengawali satria manjing pada sanggar pamujan Gisiking Bengawan Bogowonto dengan sabda "Angger satria wicaksana manunggal-na tekad lan nyawijimu marang Kang Maha Suci ing sakmengko jeneng sira bakal sinembah para kawula" (Nak satria yang bijaksana renungkan dan satukan tekadmu pada Tuhan Yang Maha Suci kelak kamu bakal diesembah rakyat). Demikian juga Kyai Badranaya dan Rama Sunan Kalijaga selalu mendampingi satria untuk menanti turunnya Wahyu Cakraningkrat. Suasana alam begitu sunyi dengan derasnya arus kali dingin menyengat relung-relung hati terasa menggigil dingin menyibak malam. Dengan nada rendah Kyai Badranaya mohon pada Satria "Angger Satria jeneng sira enggal sowan marak marang Syang Hyang Wenang kanti gugat-ing jagad. nyuwun pengadilan marang : ( Nak satria kamu segera datang kepada Syang Hyang Wenang dengan tujuan untuk menggugat jagad memohon pengadilan untuk ) :

  

 1.     Para punggawa lan nayaka praja kang nalisir saka dalan bebener lan tindak angkara murka sawenang-wenang marang sakpada-pada. (Para pegawai dan pejabat yang menyimpang dari jalan kebenaran dan perilaku angkara murka sewenang-wenang kepada rakyat)

2.      Enggal singkirna bangsa cahya perak anggendani putra mata sipit kang njarah rayah tanah Jawa. (Segera singkirkan bangsa warna perak yang membawa anak bermata sipit yang menjajah tanah jawa)

3.      Jugarna baratayuda kanti pengagem getering jagad  (Gagalkan perang saudara dengan pertanda gempa bumi)

Seketika atas permohonan Kyai Badranaya  satria terus manjing datuloyo masuk kasampuman tingkat tiga sowan Syang Hyang Wenang (masuk alam maya merasuk ajian kasampurnan tingkat tiga ) "Hyang Maha Wenang sowan satria mugi konjuk wonten ngarsa paduka" (Hyang Maha Wenang kedatangan satria semoga paduka terima) Sabda Hyang Wenang "Angger satria utama dak tampa atur jeneng sira, ora suwe bakal tumiba apa kang dadi karsa-nira, wus cukup enggal kondur marang jagad-ira" (Nak satria utama KU terima kamu, tidak lama bakal terjadi apa yang menjadi kehendakmu, sudah cukup segera pulang ke bumi). Satriapun menuju pada kodrat alam manjing menuju alam jagad raya yang begitu eloknya terlintas dari alam Kadewatan.

Malam berlalu bergantilah fajar menuju alam kedamaian dan kembalilah ke malam yang gelap gulita disitulah satu kesatuan alam jagad ini berputar sesuai dengan aturannya. Malam ini begitu derasnya arus kali Bengawan Bagawanto disertai tiupan angin kencang begitu dingin dan mencekam, membahana suara pecahan kilat guntur menggelegar menerjang bentangan alam sungguh sangat mengerikan. Temaram dalam keremangan alam, awal pertemuan malam ini terlihatlah segerombolan barisan dari arah selatan yang disertai munculnya ular kuning dengan debur ombak yang begitu dahsyatnya namun ternyata ular tersebut betapa tunduk dan patuhnya serta bersujud di depan satria bersila dan seketika itu juga ular tersebut berubah wujud jadi satria muda dia adalah Joko Bagus, utusan Pangeran Rangga untuk mohon maaf pada satria atas kesalahannya melawan dan merebut kembali perianjian atas kembalinya wahyu tanah Jawa, "Sungkem kula satria wicaksana, kula ngemban dawuh atur pisungsun saking Pangeran Rangga nyuwun agunging samudra pangaksami sadaya lepat, mugi satria kersa anampi" (Sembah sujudku padamu satria bijaksana, aku sebagai dutanya Pangeran Rangga mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan, semoga satria mau menerima) satria jawab dengan nada tegas "Joko Bagus jeneng dudu Satria utama ora wani ngadepi lan angrungkebi angkara, satria ora narima jeneng sira enggal bali aturna marang Pangeran Rangga supaya ngadep dewe marang Satria", (Joko Bagus bukan namanya satria utama jika tidak berani menghadapi dan mengakui keangkaramurkaan, satria tidak bisa menerima segera kamu pulang dan sampaikan pada Pangeran Rangga supaya menghadap sendiri pada satria), tanpa reaksi apapun Joko Bagus segera berucap "sendika dawuh satria kula nyuwun pamit” (siap menerima tugas satria aku mohon pamit) berkelebatlah Joko Bagus beserta pengikutnya. Dalam saat itu juga Senopati dari Gunung Sumbing nama Surapati datang dengan hormat dan sujud simpuh dihadapan satria, dia mohon petunjuk dan cara untuk mendapatkan Wahyu Cakraningkrat seperti yang sedang dilakukan satria. Senopati tersebut diwejang oleh Satria "Hai ... Senopati engkau punya niat suci ... apakah engkau sudah sampurna dapat menghadap pada Hyang Maha Suci, engkau saja masih hidup pada alam suwung seperti wujudmu yang asalnya dari api, kodrat tidak dapat menghendaki bila engkau belum manunggal dan mengetahui alam "Kun” untuk dapat menyatu dan menerima perintah sabda Allah. Akhirnya Suropati menyadari akan kekurangan dan keadaanya sehingga dia mohon pamit. Yaah ... disitulah dunia sosok makluk syaetan atau Iblis sangat berambisi untuk berlomba menggapai Wahyu Cakranrngkrat. Angin malampun berderai mengiringi kepergian satria atas perintah para pangemong untuk menuju Padepokan Agung Garuda Cakra

Waktu temaram selaksa butiran embun menembus malam menepis keheningan, datanglah wujud wanita cantik jelita datang menghampiri satria. " Dhuh ... satria terimalah sujud sembahku, perkenankanlah aku untuk dapat menjadi kekasihmu" Jawab satria "siapa dirimu dan dari mana asalmu ?" Aku Endang Taka dari Pertapan Lawu, dengan nada merayu dan merengek menagis tersedu dia ingin sekali dekat untuk mendampingi satria, dan tanggaplah satria akan keadaan yang demikian, ternyata benar Syang Hyang Ontoboga berkata "Angger satria berhati-hatilah itu adalah godaanmu dia sebenamya adalah Betari Ratih istri Kamajaya”. Demikian juga penekanan Kyai Badranaya "Angger kuatkanlah imanmu menghadapi wanita didepanmu". Dalam rayuan itu satria tegas "tidak bisa aku melayani dirimu, satria sedang menjalankan perintah suci "Dharmaning Ksatria” lenyaplah  engkau dari sini". Walau telah di tolak satria Endang Taka tetap nekad malah ingin melawan mengajak tanding tanpa gerakan apapun hanya dengan Aji Garuda Cakra terperciklah sinar kekuatan sehingga Endang Taka terlena pada akhirnya berubah wujud menjadi seorang putri yang lebih sangat cantik mengambang di udara langsung satria bersujud di depannya "Dhuh ... Betari Ratih nyuwun agunging samodra pangaksami sedaya kalepatan" (Dhuh …. Bethari Ratih mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan) Betari Ratihpun menjawab "Wus ... angger satria ora dadi apa jeneng sira satria kang tatag ing panggoda iki tampan-ana cahya kawibawan lan kaendahan supaya pasuryan-ira cumlorot gebyar merbawani para kawula pada tresna" (Sudahlah nak satria tidak menjadi apa-apa kamu satria yang tabah pada godaan ini terimalah sinar kewibawaan dan keindahan supaya mukamu bercahaya dan berwibawa sehingga bayak rakyat yang suka) dengan usapan tangan Betari Ratih  pada muka satria dan terjadilah kilatan cahaya dari atas langit menyambar diatas kepala satria. Dan berlalulah Betari Ratih ke alam Kadewatan. Langkah selanjutnya dengan wejangan Kyai Badranaya kepada para penderek satria tentang ngelmi sejati sampurnaning urip" (Ilmu sejati untuk kesempurnaan hidup), "Angger putra wayahku kabeh jeneng sira kang pada tatag ngadepi lambang alam, iku pertanda alam wus kawistoro Mahameru wijiling kang sanyoto, alam lumaku minangka pertanda pada den golek-ana barang kang sejati, iku andunung ana ing ati suci-ira pribadi, mula syahadat lan makrifat-ira den kukuh-ana, jamus kalimasada sejatine wus sira tampa mula enggal den wedarna” (anak dan cucuku semua kamu yang tabah menghadapi pertanda alam, itu tanda alam sudah berjalan sebagai sinyal yang nyata Mahameru wujud yang sebenarnya alam berjalan sebagai pertanda segera carilah barang yang asli, itu terletak di hati sanubarimu, maka syahadat dan makrifatmu tekunilah jamus kalimasada sebenarnya sudah kamu terima maka segera jalankanlah ibadahmu). Setelah selesai medar jagad, Kyai Badranaya segera menyuruh Satria beserta penderek untuk pulang ke Padepokan Agung Garuda Cakra di Lereng Menoreh.

Gerimis menapaki jejak jalan satria merangkak menuju pertapan Bengawan Bogowonto, kelebat bayang hitam sebelah menyebelah satria saat menghantarkan doa pada Dewata, teryata Romo Sunan Kalijaga dan Kyai Badranaya, kepul asap damar menambah semarak riuhnya air Bengawan Bagawonto dengan debur ombak silih bergantian berkilat-kilat barisan menghadang satria berlaga. Pantulan Sinar memancar dari arah timur wujud Naga Hijau berjilat-jilat bagai bara api, temyata Eyang Naga Raja menemani satria semedi. Tatkala riuhnya air Bengawan Bogowonto tersirap derap kaki kuda dan suara kerincingan datang mengliampiri satria beserta pendereknya, ternyata Ibu Ratu Mas Segara Kidul beserta Pangeran Rangga, ucap Ibu Ratu Mas Segara Kidul pada satria "Angger satria oja kaget Ibu bakal atur panyapa marang jeneng sira, tampan-ana lan wulang wuruk-ana marang Pangeran Rangga babagan bebener lan laku tindak kautaman sarta olah rasa" (Nak satria jangan kaget ibu bakal pasrah pada kamu, terimalah dan ajarilah kepada Pangeran Rangga perihal kebenaran dan perilaku olah perasaan) satria jawab "sendika dawuh Ibu mugi satria kewagang ngemban dawuh" (siap laksanakan tugas perintah ibu semoga satria mampu melaksanakan tugas). Selanjutnya Pangeran Rangga menghadap dengan sujud dan tersipu malu didepan satria, sungguh dia tak mau berdiri, benar-benar merasa bersalah. Dalam keadaan begitu Hyang Maha Wenang hadir menyaksikan penyesalan Pangeran Rangga di hadapan satria dan terus berlalu, Naga Raja menyambut baik "seperti itu Satria, biar Rangga tahu siapa sebenarnya engkau "Satria"  Rama Sunan Kalijaga bersabda "Angger satria wanci tabuh 2 bakal ona wigati kanggo jeneng sira”. (Nak satria saat pukul dua bakal ada khabar penting untuk kamu), dalam nenanti pukul 02.00 Syang Hyang Ontaboga wedar sabda kepada para penderek satria tentang hal kehidupan yang sempuma di dunia dan diakherat nanti. Waktu tepat pukul 02.00 Eyang Aji Jangka Jayabaya datang memberi nasehat dan syarat untuk besok malam "Angger satria kanggo nungka dina sesuk jeneng sira sumadya janur kuning lan tebu ireng" (Nak satria untuk menyongsong hari besuk kamu sediakan janur kuning dan tebu hitam). "Wus ngger enggal jugar lan kondur padepokan-ira”. (Sudahlah segera bangun dan pulang menuju padepokanmu).

Gerimis kecil menapaki rumput-rumput runcing betapa pedihnya jalan dan  makna hidup dalam keremangan, terbawa arus dera-snya suasana kesunyian malam, suara malam menghantaui perasaan yang terbawa dan rasa tanggungjawab yang berat, tugas dan kodrat alam. Dengan beriringnya pasukan serba hitam datanglah sepercik sinar kuning keemasan dari selatan disertai bumi bergoncang, ternyata Ibu Ratu Mas Segara Kidul datang berucap tulus "Angger Satria sira jejer satria pinilih kang bakal dak aturi pusaka tanah jawa wijil Garuda Cakra kang wus dak atur-ke marang Kyai Naga Raja, mula enggal wungu lan purug-ana”, (Nak satria kamu sebagai satria terpilih bakal aku kasih pusaka tanah jawa berwujud Garuda Cakra yang sudah kuserahkan pada Kyai Naga Raja, maka segera bangun dan carilah”, tidak lama datanglah Syang Hyang Indra disertai gerimis tajam menerpa pertapan, Syang Hyang Indra bersabda "Angger satria pancen jeneng sira kang kodrat kuat ngasta Garuda Cakra lan Wahyu Cakraningkrat bakal tumiba mula iki minangka pertanda", (Nak satria memang kamu yang tersirat pada kodrat kuat membawa Garuda Cakra dan Wahyu Cakraningkrat bakal turun maka ini sebagai pertanda), temyata gebyar sinar tajam sekali dari arah timur berkelebat, dengan desis Syang Hyang Ontaboga "Angger enggal jugar kondur marang kasatrian”. (nak segera bangun terus pulang ke kasatrian).

Semilir terpaan angin malam mengalun sunyi, tatkala satria persembahkan pada dewata, debur ombak Bengawan Bogowonto terasa mengerikan dan ternyata datanglah kilatan cahaya gebyar-gebyar tampaklah Eyang Naga Raja menyambut salam dan sembah Satria "Angger aturna marang satria kembar loro kang ona cedakmu. supaya madep ngalor kanti asta sembah ing duwur mustaka”, (Nak sampaikan kepada dua satria kembar yang ada didekatmu, supaya menghadap keutara dengan tangan menyembah diatas kepala), dengan kecepatan kilat menyambar dua satria kembar hilang musnah masuk raga satria sehingga terlempar dan jatuh. Dengan berkelebatnya Eyang Naga Raja, Kyai Badranaya dan Eyang Ontaboga, maka Rama Sunan Kalijaga mendekati satria. Kala waktu menapak hujan dengan gebyar sinar sak sodo lanang ternyata Syang Hyang Batara Surya atur pambagya "Angger kanggo nampa Wahyu Cakraningkrat ing dina Sukra Kasih jeneng sira kudu wuda tanpa busana, yen wis prayoga tunggu wanci rahina" (Nak untuk menerima Wahyu Cakraningrat di hari Selasa Kliwon kamu harus lepas busana, kalau sudah sebaiknya ditunggu sampai larut malam).  Waktu berlalu dan datanglah waktu tabuh 2, Eyang Mayangkara datang dengan medar sabda "Angger titen-ana yen Mahameru minangka pertanda sumusul Kelut, Merapi kali putih angganda banger  lan udan barat lesus gede lan sak piturute, iku pertanda tanah jawa prahara banjur mahardika wahyu bali kaya wingi uni, angger yen wis purna semadi-ira enggal kondur padepokan-ira" (nak ingat-ingatlah jika Mahameru sebagai pertanda disusul Kelut, Merapi dan Kali Putih berbau anyir dan hujan angin ribut yang besar dan seterusnya, itu pertanda tanah jawa kena musibah kemudian merdeka wahyu kembali seperti dahulu, nak kalau sudah selesai semadimu segera pulang ke padepakanmu).

Views: 31131 | Added by: satriaputih212 | Rating: 2.2/8
Total comments: 3
3 pożyczki chwilówki poprawne  
0
Chere is what does written after my having your baby certificate as well as , I fall in love with it. One of an very optimum things back in the whole world for us is you can play straightening and Concerning been taking part in it when quite a real while. I am the new medical member of staff. My house definitely is now for Guam but nevertheless I will have in the market to move regarding a couple of years or more than one. Go to simple website on the way to find as well as more:

_______________
szybkie kredyty chwilówki http://ids.postech.ac.kr/xe/?document_srl=194358 pozyczki chwilówki sklonne

2 lelono jagad  
0
TULISAN INI TIDAK DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN SECARA ILMIAH DAN SPIRITUAL.

1 Ilham  
0
Subhanalloh....Insya Alloh, semoga kebenaran akan menjadi kenyataan..amin...tetap eling dan waspodo

Name *:
Email *:
Code *:
Calendar
«  January 2009  »
SuMoTuWeThFrSa
    123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
Entries archive
Site friends
  • Create a free website
  • Online Desktop
  • Free Online Games
  • Video Tutorials
  • All HTML Tags
  • Browser Kits
  • Statistics

    Total online: 1
    Guests: 1
    Users: 0